Suku yang pertama menempati Cupak adalah Suku Malayu dan Suku Sikumbang yang datang dari Luhak Tanah Datar. Awalnya mereka bermukim di Sawah XIV, di selatan nagari Koto Baru sekarang. Dari Sawah XIV mereka terus menyebar ke Sawah Laweh dan Air Angek Gadang. Terus berlanjut hingga Tanjung Limau Purut. Disinilah akhirnya mereka mendirikan kerajaan Tanjung Limau Purut. Raja mereka bergelar Tuanku Rajo Disambah, kalau tidak salah gelar ini sama dengan gelar raja di Sungai Pagu.
Kerajaan ini sezaman dengan kerajaan Pariangan, di Padang Panjang. Yang diangkat sebagai raja adalah dari suku Malayu. Mungkin karena mereka mayoritas diantara suku-suku yang ada.
Seorang raja didampingi oleh pembesar yang jumlahnya empat orang yang disebut sebagai Gadang nan Barampek (pembesar yang berempat) yaitu :
  1. Rajo Tuo (Malayu)
  2. Rajo Bandaro
  3. Rajo Bagindo (Malayu)
  4. Rajo Padang (Sikumbang).

Di kemudian hari Malayu ini diidentifikasi sebagai Malayu Mudik dan Sikumbang dengan Sikumbang Gadang. Kemudian menyusul datang suku-suku Jambak, dan Malayu Tangah. Juga Piliang, Malayu Sigalabuak, Parak Laweh dan Caniago.
Pada masa terjadinya perpindahan pusat kekuasaan di Luhak Tanah Datar dari Pariangan ke Bungo Satangkai, maka di Tanjung Limau Purut juga terjadi pertukaran kekuasaan dari Tuanku Rajo Disambah ke Datuk Yang Dipatuan disebabkan oleh tidak adanya calon raja dari fihak keluarga Tuanku Rajo Disambah.
Maka terjadi perubahan pula pada struktur pemerintaha yaitu dari empat pembesar menjadi dua bendahara plus tiga pembesar yang dikenal dengan Bandaro Nan Duo Gadang Nan Batigo.
Mereka terdiri dari :
  1. Dt. Bandaro Sati (Caniago)
  2. Dt. Bandaro Kutianyia (Jambak Korong Kutianyia)
  3. Dt. Mudo (Piliang)
  4. Dt. Basa (Sikumbang)
  5. Dt. Kayo (Jambak, bukan penghulu)
Tampak disini bahwa kerajaan tidak lagi hanya didominasi oleh suku Malayu melainkan sudah diiisi oleh semua unsur suku yang ada. Namun raja tetap dipegang oleh suku Malayu. Ketika kerajaan Pagaruyung berdiri di Bukit Batu patah menggantikan Bungo Satangkai, maka juga mempengaruhi keadaan politik di Tanjung Limau Purut. Tanjung Limau Purut kembali diambil alih oleh dinasti Tuanku Rajo Disambah. Pusat pemerintahan juga dipindahkan ke Tumpuk Mudik. Disinilah sejarah nagari Cupak dimulai.
Tanjuang Limau Purut melakukan pemekaran wilayah. Tanjung Limau Purut sendiri selanjutnya disebut sebagai Cupak saja, sesuai fungsinya sebagai Cupak Nan Usali atau Cupak Pusako. Sementara Air Nanam sebagai Gantang yang kemudian mendirikan Nagari Salayo bersama penduduk Padang Kunik. Penduduk Air Nanam bersama penduduk padang Sabaleh mendirikan Nagari Gantang Suri yang kemudian terkenal dengan nama Gantuang Ciri.
Didalam lembaga adat Tanjung Limau Purut (Cupak) berfungsi sebagai Cupak Galeh (takaran perdagangan), sementara Air Nanam berfungsi sebagai Cupak gantang (ekonomi).
Pada waktu Pagaruyung diperintah oleh DYD (Yang Dipertuan) Tuanku Maharajo Sati, Cupak Pusako berganti nama menjadi Cupak Usali. Dan sudah terdapat 13 suku di nagari Cupak. Pada masa Raja Tuanku Maharajo Satu yang kedua yaitu Dewang Sari Deowano mengirim Puti Pinang Masak untuk meneruskan keturunan keluarga Tuanku Rajo Disambah. Puti Pinang Masak adalah putri dari Puti Tabur Urai yang kedua yang sudah dikirim Pagaruyung sebelum ke wilayah Kinari. Suami Puti Tabur Urai adalah Sang Hyang Indo Rajodeo, yang tak lain adalah adik dari Yang Dipertuan Besar Tanah Sang Hyang (Sangiang/Sangir), Sang Hyang Rani Indopuro, permaisuri Raja Pagaruyung Yang Dipertuan Rajo Bagindo (Dewang Ramowano), pendahulu Tuanku Marajo Sati yang kedua.
Pemerintahan Tuanku Rajo Usali
Sebenarnya gelar Tuanku Rajo Usali ini adalah gelar bagi Raja Cupak yang dianugerahkan oleh Raja Pagaruyung tapi Raja yang memerintah Cupak waktu belum mau memakai gelar tsb melainkan masih memakai gelar Tuanku Rajo Disambah.  Kemudian salah seorang anak dari Puti Pinang Masak yang menikah dengan putri Raja Cupak baru memakai gelar Tuanku Rajo Usali yang pertama kali walaupun Tuanku Rajo Disambah waktu itu masih hidup. Istri raja Tuanku Rajo usali waktu itu adalah suku Sikumbang. Dan tempat kediamannya dinamai sesuai daerah asal di pagaruyung yaitu Gudam.
Kemudian hari diketahui ada tujuh orang raja penyandang gelar Tuanku Rajo Usali.
Penulis : Syafroni Malin Marajo
Sumber: