Selasa, 24 Juli 2012


Galodo Tiba saat Berbuka
8 Orang Hilang, 20 Rumah Hanyut, Jembatan Kelawi Putus
 Padang Ekspres • Rabu, 25/07/2012 10:49 WIB • TIM PADEK • 234 klik
Warga mengungsi karena rumah merak terndam banjir
Padang, Padek—Bencana besar melanda Kota Padang. Hujan deras disertai badai yang terjadi sekitar pukul 16.30 WIB kemarin (24/7), menimbulkan banjir bandang di sejumlah ka­wasan sekitar pukul 18.30 WIB,  saat mas­yarakat akan berbuka puasa.

Air bah yang datang dari hulu Batang Kuranji merendam ribuan rumah dan toko dalam radius 100 meter dari ban­ta­ran sungai di 10 ke­lu­ra­han, di Keca­matan Pauh, Lubukbegalung dan Nanggalo.
Ketinggian air men­capai lebih dari 2,5 meter.

Hingga pukul 23.00 tadi ma­lam, belum ada laporan kor­ban jiwa dalam bencana ini. Namun, enam orang plus dua nelayan dila­porkan hilang, 20 rumah dan dua mushala hanyut. Jembatan Ke­lawi di Kotopanjang, Li­mau­manih putus. Sebuah perahu be­serta dua nelayan belum bisa di­evakuasi dari tengah laut, ka­wasan pantai muara Universi­tas Bung Hatta (UBH), Keca­matan Padang Utara.

Pantauan Padang Ekspres, air mulai surut sekitar pukul 21.30 WIB. Listrik di tiga keca­ma­tan yang dilanda bencana se­ngaja di­padamkan PLN untuk meng­hindari sengatan arus lis­trik.

Informasi yang dihimpun Padang Ekspres, warga yang baru memulai berbuka puasa, tiba-tiba dikejutkan limpahan air bah ke dalam rumah. Kontan suasana berubah mencekam.

Warga panik sambil ber­ham­buran menyelamatkan ang­gota keluarga ke tempat lebih ting­­gi. Ada pula menuju per­bu­kitan.

Meluapnya hulu Batang Ku­ranji di Kecamatan Pauh, tepat­nya Kelurahan Limau­manih, ber­asal dari air perbukitan yang di­sebut warga Bukit Danau Ka­ring. Lokasinya sekitar 30 kilometer kampus Unand.

Akibatnya, Batang Kuranji meluap. Puluhan rumah warga di sepanjang bantaran sungai, ha­nyut terbawa arus banjir ber­campur lumpur. Enam orang war­ga Kelurahan Limaumanih, Ke­­camatan Pauh, saat kejadian di­­duga masih berada di ru­mah­nya, hingga tengah malam be­lum diketahui nasibnya.

Sementara itu, luapan su­ngai di Kecamatan Nanggalo, me­rendam ratusan rumah dan ja­lan lintas dari kawasan SMAN 12 Padang di Kelurahan Gurun­la­­was sampai Kelurahan Surau­ga­dang terendam air lum­pur. Be­gitu pula di kawasan Peru­mahan Bandagadang, seki­tar intake PDAM, Kampung Koto, Kecamatan Nanggalo.

Di sini, banjir merendam hing­ga atap rumah warga. Se­jum­lah warga tampak mena­ngis, ka­­r­ena harta benda mereka ha­nyut dibawa arus banjir yang de­ras.

Nurcahya, 65, warga Su­raugadang tampak mene­robos ge­nangan banjir dan menangis. Seisi rumahnya terendam dan ba­nyak hanyut terbawa arus ban­jir yang merendam hingga se­tinggi atap rumah. “Selain pe­ralatan rumah, 20 ekor kam­bing dan 40 ekor itik juga hanyut di­ba­wa banjir,” ungkap Nur­cahya.

Novi, 40, dan Jayusdi Effen­di, 50, yang tinggal di Peru­ma­han Indah Pratama me­nye­but­kan, air bah menghantam saat me­reka baru saja berbuka puasa. “Air merendam rumah saya se­tinggi dada, seluruh isi rumah yang ada lantai bawah terendam. Kami mengungsi ke lantai atas,” ungkap Jayusdi Effendi yang rumahnya berjarak sekitar 100 meter dari bantaran Sungai Latung, sekitar intake PDAM Kampung Koto.

Sekitar pukul 21.30, air mu­lai surut. Warga mulai mem­ber­sihkan rumah dari sisa gen­angan lum­pur yang mencapai kete­ba­lan 30 cm. Di badan jalan lin­tas K­e­lurahan Suraugadang, ting­gi­nya ketebalan lumpur usai ban­jir membuat warga yang me­ngen­darai motor dan mobil ke­sulitan melintas.

Berdasarkan catatan Pol­sek­ta Pauh, sedikitnya tiga unit ru­mah rusak berat, dan satu unit ru­mah rusak sedang. Tak hanya itu, 17 ekor ternak sapi hilang ter­seret arus banjir.

Ramadhani, 45, warga Li­mau­manih mengatakan, 16 ekor sap­inya terseret arus. “Saya tidak me­­nyangka, 16 ekor sapi saya ikut terseret banjir. Padahal, ja­rak sungai dan kandang lebih da­ri 100 meter. Selain itu, kon­disi kan­dang ada setinggi tiga me­ter dari bibir sungai,” kata Ra­m­a­dha­ni kepada Padang Eks­pres, tadi malam.

Selain Batang Kuranji, aliran Batang Arau juga meluap. Air bah merendam sebagian Inda­rung, Lubukbegalung, dan Ma­ra­palam. Di Ujungtanah, dekat Kampus UPI, Kecamatan Lubeg, satu rumah kayu hanyut diseret arus sungai. Ratusan kepala ke­luarga terpaksa mengungsi di masjid dan dataran tinggi.

“Yang paling banyak terkena ban­jir di Gurunlaweh, ada 86 ke­pala keluarga, di Bandagadang 50 kepala keluarga,” jelas Kepala Ba­dan Penanggulangan Ben­cana Daerah (BPBD) Pa­dang, Dedi Henidal.

Air bah juga menerjang musha­la di Tabing Banda Ga­dang, Kecamatan Nanggalo. Air bah juga menghanyutkan satu mobil di Cengkeh, Kecamatan Lu­beg.

BPBD Padang mem­ber­laku­kan status siaga daru­rat ban­jir. Un­­tuk itu, warga yang tinggal di ba­n­­taran Sungai Batang Kuranji di­­minta tetap waspada meng­an­tisipasi galodo susulan. BPBD Sum­bar telah memberikan ban­tuan logistik berupa arung 500 lem­­bar, tikar 500 lembar, maka­nan siap saji 500 kilogram, serta na­si bungkus untuk keperluan ma­kan sahur pengungsi seba­nyak 1.000 bungkus.

Tadi malam, Gubernur Sum­­­bar Irwan Prayitno me­ngun­­jungi lokasi galodo di kom­pleks Perumahan Griya Kubu­tama Mandiri di Keluarahan T­a­bing Parak Gadang, Keca­matan Nanggalo. Gubernur didampingi Wali Kota Padang Fauzi Bahar tiba di lokasi terparah banjir ban­dang itu sekitar pukul 24.00. 

Sedangkan Wakil Wali Kota Mah­yeldi Ansharullah meninjau lo­­kasi banjir bandang di Limau­ma­nih. Wako menduga galodo di­­picu maraknya pembalakan hu­tan di perbukitan Limau­ma­nih

Senin, 02 Juli 2012


Bagaimana Kita Menyambut Bulan Ramadhan


1. Memperbanyak do’a kepada Allah

Adalah merupakan kebiasaan bagi para generasi yang shalih pendahulu kita dengan memperbanyak do’a sebelum masuknya bulan Ramad-han, sehingga diriwayatkan diantara me-reka ada yang memohon kepada Allah  agar dipertemukan kembali dengan bulan Ramadhan sejak 6 bulan sebelumnya. Mereka juga memohon kepada Allah  agar diberikan kekuatan dan pertolongan di dalam melaksanakan ibadah-ibadah di dalamnya seperti puasa, qiyamul lail, sedekah dan sebagainya.

2. Bersuci dan membersihkan diri
Yaitu kebersihan yang bersifat maknawi seperti taubat nasuha dari segala dosa dan maksiat. Pantaskah kita me-nyambut tamu yang agung dan mulia dengan keadaan yang kotor?, Pantaskah kita menyambut bulan Ramadhan yang dicintai oleh Allah  dan Rasul-Nya dengan gelimangan dosa?, Bagaimana kita ber-puasa sedangkan shalat masih sering kita lalaikan ? yang mana meninggalkannya merupakan sebuah kekufuran. Bagaima-na kita menahan diri dari segala yang mubah (makan dan minum) kemudian berbuka dengan sesuatu yang haram ? yang merupakan hasil riba, suap dan harta haram lainnya. Bagaimana kita ber-harap puasa kita dapat diterima sedang-kan kita dalam keadaan seperti ini. Renungilah sabda Rasulullah صلى الله عليه وسلم

مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّوْرِ وَ الْعَمَلَ بِهِ فَلَْيْسَ ِللهِ حَاجَةٌ فِيْ أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ  رواه البخاري

“Barangsiapa yang tidak meninggal-kan perkataan dusta dan beramal dengannya maka tidak ada bagi Allah  kepentingan terhadap puasa (yang sekedar meninggalkan makan dan minum)” (HR. Bukhari)

Oleh karena itu sebelum pintu taubat tertutup, sebelum matahai terbit dari sebelah barat, sebelum nyawa sampai di tenggorokan maka bersegeralah bertau-bat dengan taubat yang sebenar-benarnya. Allah سبحانه وتعلى berfirman :

يَآيُهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا تُوْبُوْا إِلَى اللهِ تَوْبَةً نَصُوْحًا .... التحريم :8

“Hai orang-orang yang beriman bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang sebenar-benarnya...” (QS. At Tahrim:8)

3. Mempersiapkan jiwa

Yaitu dengan memperbanyak amal-amal shalih pada bulan Sya’ban karena pada bulan ini bulan diangkatnya amalan-amalan pada Allah. Sebagaimana hadits Usamah bin Zaid t yang diriwa-yatkan oleh Imam An Nasa’i dan Ibnu Khuzaimah yang dihasankan oleh Syaikh Al Albani bahwasanya Rasulullah صلى الله عليه وسلم berpuasa sepanjang bulan Sya’ban atau beliau memperbanyak puasa di dalamnya kecuali hanya beberapa hari saja beliau tidak melakukannya.


4. Bertafaqquh (mempelajari) hukum-hukum puasa dan mengenal petunjuk Nabi  صلى الله عليه وسلم

sebelum memasuki puasa seperti mempelajari syarat-syarat diterimanya puasa, hal-hal yang mem-batalkannya, hukum berpuasa di hari syak (meragukan), perbuatan-perbuatan yang dibolehkan dan dilarang bagi yang berpuasa, adab-adab dan sunnah-sunnah berpuasa, hukum-hukum shalat tarawih, hukum-hukum yang berkaitan dengan orang yang memiliki udzur seperti me-ngadakan perjalanan, sakit, hukum-hukum yang berkaitan dengan zakat fitri dan lain-lain. Maka hendaknya kita ber-ilmu sebelum memahami dan mengamal-kannya. Sebagaimana firman Allah سبحانه وتعلى :

فَاعْلَمْ أَنــَّهُ  لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَاسْتَغْفِرْ لِذَنْبِكَ وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مُتَقَلَّبَكُمْ وَمَثْوَاكُمْ     محمد : 19

“Maka ketahuilah, bahwa sesungguh-nya tidak ada sesembahan yang berhak untuk disembah melainkan Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mu’min, laki-laki dan perempuan. Dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan termpat tinggalmu” (QS. Muhammad :19) Didalam ayat ini Allah سبحانه وتعلى mendahu-lukan perintah berilmu sebelum berkata dan berbuat.

5. Mengatur sebaik-baiknya program di bulan Ramadhan.
Bila seorang tamu yang agung datang berkunjung ke rumah kita kemudian kita menyambutnya dengan baik tentu kita akan mendapatkan pujian serta balasan dari tamu tersebut, begitu pula dengan bulan Ramadhan yang datang dengan membawa berbagai macam keutamaan. Jika kita menyambutnya dengan persia-pan serta program-program untuk tamu agung ini tentu kita akan mendapatkan keutamaan-keutamaan tersebut.

Maka dari itu hendaklah kita mengisi bulan suci ini dengan memperbanyak iba-dah shalat sunnat, membaca Al Qur’an, memperbanyak tasbih, tahmid, takbir dan istighfar dan lebih peduli kepada nasib orang fakir dan miskin, berbakti kepada kedua orang tua, menyambung tali silaturrahmi, memuliakan tamu, men-jenguk orang sakit dan ibadah-ibadah lain yang semisal dengan itu guna meraih gelaran mulia dari Allah, yaitu “Taqwa” dimana ia merupakan simbol sejati bagi hamba-hamba Allah yang senantiasa mengikhlaskan hati dan memurnikan iman yang terpatri lewat amalan ibadah yang relevan dengan hukum syar’i.