Kamis, 09 Juni 2011

LADO MURAH (5.500 KG)...RANG LADANG TA PAKIEK..

Harga Cabe Melorot, Petani Cabuti Cabe
Padang Ekspres  Berita Ekonomi  Kamis, 09/06/2011 - 21:47 WIB  Rizal Islami  88 klik
balaipandan komunitas
Harga komoditi cabe di Kota Solok semakin melorot. Hari ini, harga komoditi berasa pedas tersebut di tinggat pengecer menyentuh harga Rp5.500. Anjloknya harga cabe ini terasa sangat memberatkan para petani.

Terbukti, tidak hanya cabe merah yang membanjiri Pasaraya Solok, tapi juga cabe hijau dan cabe belang (setengah matang). Beberapa petani yang ditemui di Pasaraya Solok menyatakan mereka terpaksa mencabuti tanaman cabenya karena tak tahan terhadap terus anjloknya harga. Di samping itu mereka mengaku ingin mengganti dengan tanaman lain seperti padi dan palawija. Khusus untuk palawija, saat ini harganya tergolong cukup stabil dan masuk akal. 

Petani dari Nagari Talangbabungo Kabupaten Solok Anjan, mengaku saat ini lebih cenderung menanam bawang ketimbang cabe. Hal itu menurutnya disebabkan harga komoditi penyedap masakan tersebut mulai beranjak naik. Sebagai contoh, tiga bulan lalu, harga bawang menyentuh harga Rp3.000. Namun saat ini, di tingkat pengumpul, harga sudah menyentuh harga Rp8.000. Sehingga, di tingkat konsumen harga sudah mencapai Rp10.000. Sementara untuk komoditi cabe, ia terpaksa mencabuti tanaman dan menggantinya dengan bawang. Meskipun tanaman tersebut belum seluruhnya matang.

"Harga cabe diyakini akan terus melorot hingga awal puasa nanti. Harga cabe biasanya baru akan berangsur naik sejak masuk bulan puasa hingga lebaran. Kenaikan harga tersebut biasanya tidak akan signifikan karena pemerintah biasanya akan menggelar operasi pasar. Sedangkan untuk harga bawang, diyakini akan tetap stabil," ujarnya.

Anjan juga menyatakan alasan mencabuti tanaman cabe tersebut juga disebabkan biaya perawatan tanaman cabe tersebut jauh lebih tinggi dari bawang. Hal ini disebabkan harga pestisida dan pupuk yang terus naik melambung. Anjan juga mengharapkan pemerintah untuk bisa mengendalikan harga komoditi pertanian. Ia melihat, pemerintah hanya bereaksi saat harga naik. Namun di saat harga anjlok, pemerintah tidak lagi mempedulikan nasib petani. 

"Jangan di saat harga melonjak pemerintah bereaksi. Sedangkan di saat harga anjlok, pemerintah justru membiarkan. Padahal, melorotnya harga komoditi pertanian ini menyebabkan nasib petani semakin sulit. Di sisi lain, harga pupuk dan pestisida semakin melambung," ujarnya. []

Tidak ada komentar:

Posting Komentar